UNAAHA, FAKTA1.COM – Keputusan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang membatalkan pembangunan smelter di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, menimbulkan gelombang kekecewaan dan kemarahan. Masyarakat yang sebelumnya telah merelakan lahan dan kebun demi proyek tersebut merasa dikhianati, sementara mahasiswa melalui Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lakidende (BEM UNILAKI) menyuarakan penolakan keras terhadap langkah perusahaan.
Ketua BEM UNILAKI, Aksar, menilai pembatalan pembangunan smelter ini merupakan bentuk pengingkaran janji yang fatal. Menurutnya, sejak pertama kali digaungkan pada 2019, janji pembangunan smelter seolah hanya menjadi alat untuk menguasai tanah dan sumber daya milik masyarakat Routa.
“Jangan sampai masyarakat hanya dijadikan korban janji palsu. Kalau benar smelter ini hanya kamuflase untuk menguasai lahan, maka itu sama saja dengan penipuan terang-terangan. Kami tidak akan tinggal diam,” tegas Aksar dengan nada lantang.
Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat Routa telah berkorban besar, menyerahkan lahan produktif mereka demi proyek yang dijanjikan akan membawa kesejahteraan. Namun kini, setelah lahan itu dilepas, janji pembangunan smelter justru hilang begitu saja tanpa kejelasan.
“Ini bukan sekadar soal ekonomi, tapi soal harga diri dan martabat rakyat Konawe. Pemerintah daerah, khususnya Bupati Konawe, harus berani berdiri di barisan rakyat. Jangan biarkan masyarakat Routa berjuang sendiri,” desaknya.
Lebih jauh, Aksar menegaskan PT SCM harus bertanggung jawab penuh atas segala kerugian yang ditimbulkan. Jika perusahaan tidak mampu merealisasikan komitmen pembangunan, maka tidak ada alasan untuk tetap berada di bumi Routa.
“Kalau PT SCM tidak bisa menepati janji, lebih baik angkat kaki dari Konawe. Jangan hanya datang untuk merampas tanah, tapi meninggalkan penderitaan bagi rakyat!” ujarnya dengan penuh amarah.
BEM UNILAKI memastikan akan terus mengawal isu ini hingga ada kepastian dan langkah nyata dari pemerintah maupun perusahaan. Menurut Aksar, mahasiswa tidak hanya menjadi penonton, tetapi siap berada di garda terdepan bersama masyarakat Routa.
“Atas nama BEM UNILAKI, saya menyerukan kepada seluruh mahasiswa di Konawe untuk bersatu. Kita tidak boleh membiarkan perusahaan semacam ini bermain-main dengan masa depan rakyat. Konsolidasi besar sudah mulai kami bangun, dan dalam waktu dekat saya pastikan akan memimpin aksi unjuk rasa di kantor Bupati Konawe,” tegasnya.
Aksar menutup dengan seruan keras bahwa perjuangan ini bukan sekadar perlawanan terhadap perusahaan, tetapi juga bentuk ujian bagi pemerintah daerah dalam membuktikan keberpihakan mereka kepada rakyat.
“Ini adalah momentum untuk menentukan: pemerintah berdiri bersama rakyat atau tunduk di hadapan kepentingan perusahaan. Kami mahasiswa tidak akan pernah mundur satu langkah pun,” pungkasnya.(*)