banner 728x90

Panen Kelengkeng New Cristal, Bupati H.Yusran Akbar : Kelengkeng dapat Menciptakan Potensi Ekonomi Baru Kabupaten Konawe

  • Bagikan
Silakan Bagikan:

FAKTA1.COM, Konawe — Suasana penuh canda dan keakraban mewarnai Panen Raya Kelengkeng New Cristal di Desa Lalombonda, Kecamatan Amonggedo, Rabu (10/9/2025).

Dalam kesempatan itu, Bupati Konawe, H. Yusran Akbar, ST, menyampaikan pidato optimistis yang disaksikan Sekda Dr. Ferdinand, jajaran OPD, Ketua TP PKK Hj. Hania, SPd, MPd Gr, tokoh masyarakat, serta ratusan petani. Bagi Yusran, kegiatan ini bukan sekadar panen, tetapi awal dari gerakan ekonomi baru bagi warga Konawe.

Dengan gaya khasnya yang terbuka dan penuh humor, Yusran mengapresiasi Kepala Desa Lalombonda, Budiarto, SE. Ia menyebut, keberanian Budiarto menanam kelengkeng sejak 2017—yang mulanya hanya dianggap hobi—telah menjelma menjadi contoh sukses agribisnis buah unggulan.

“Dulu orang ragu-ragu, bilang kelengkeng tidak bakal berbuah. Nyatanya sekarang hasilnya manis. Ini bukti bahwa petani kita mampu kalau ada niat dan mimpi besar. Panen ini bukan hanya soal buah, tapi jalan menuju ekonomi baru masyarakat,” ujar Bupati yang langsung disambut tepuk tangan warga.

Yusran menjelaskan bahwa Kelengkeng New Cristal memiliki nilai tinggi di pasar.

“Kelengkeng ini buah kelas premium, sering jadi suguhan di acara resmi pemerintah. Pasarnya jelas, terutama kalangan menengah ke atas. Kita harus manfaatkan peluang ini.” Jelasnya.

Dalam arahannya, Bupati memaparkan konsep pembangunan daerah melalui Kawasan Tematik Berbasis Potensi Desa.

“Kalau di Jawa biasanya satu desa satu komoditas. Di Konawe, kita buat berbeda: satu kecamatan, satu produk unggulan. Untuk Amonggedo, fokusnya kelengkeng, durian, dan juga peternakan sapi,” jelasnya.

Ia meminta kepala desa segera mendata komoditas potensial, luas lahan, hingga jumlah ternak. Data ini akan menjadi acuan program pemerintah agar bantuan tepat sasaran.

“Jangan sampai kandang sapi jatuh ke orang yang tidak beternak, atau cetak sawah ditolak padahal lahannya ada. Semua harus transparan,” tegasnya.

Salah satu program prioritas adalah memperkuat peran Koperasi Desa Merah Putih sebagai penyedia bahan pangan untuk Program Makan Bergizi Gratis (BMG) yang menyasar 33 dapur umum hingga akhir 2025.

“Bayangkan, satu dapur butuh 4 ekor sapi per minggu. Kalau 33 dapur, totalnya bisa 120 ekor per bulan. Itu uang miliaran yang bisa berputar di tangan petani. Ditambah lagi kebutuhan sayur, buah, telur, dan ayam. Besar sekali peluangnya,” kata Yusran penuh semangat.

Meski peluang terbuka lebar, Bupati tidak menutup mata terhadap tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan air.

“Bendungan peninggalan tahun 80-an sudah sulit mengalirkan air ke wilayah ini karena beda elevasi sampai 30 meter. Solusinya, kita bangun embung kecil. Tahun ini juga kita dapat bantuan untuk normalisasi saluran irigasi agar aliran air lebih lancar,” jelasnya.

Yusran menekankan agar dinas terkait segera bekerja serius. Dengan gaya bercanda, ia menambahkan: “Kalau perlu sampai rambut jadi putih, yang penting petani kita sejahtera.”

Selain hortikultura, Bupati juga menyoroti potensi besar sektor peternakan “Beli sapi seharga Rp8 juta, digemukkan 3 bulan, bisa dijual Rp11 sampai Rp12 juta. Untungnya Rp3–4 juta per ekor. Kalau punya 5 ekor, dalam 3 bulan bisa untung Rp15–20 juta. Ini nyata, bukan omong kosong!” jelasnya.

Ia meminta Dinas Peternakan membuat program penggemukan skala kecil agar lebih banyak warga bisa ikut serta. “Jangan kasih 20 ekor ke satu orang. Lebih baik dibagi rata. Dokter hewan juga harus aktif turun tangan,” tambahnya.

Dengan nada lebih serius, Bupati Yusran menitipkan pesan penting kepada kepala desa dan seluruh aparat. Ia menekankan agar perhitungan potensi desa dilakukan dengan cermat, mulai dari luas lahan, jumlah petani, hingga populasi ternak yang ada. Transparansi juga menjadi sorotannya, terutama dalam menyampaikan program cetak sawah kepada masyarakat, meski saat ini banyak warga yang tengah tergiur dengan tanaman sawit. Tak kalah penting, ia meminta agar sinergi dengan penyuluh pertanian dan dinas teknis terus dijaga, sehingga setiap program dapat berjalan optimal tanpa menemui kegagalan.

“Kalau ada warga menolak cetak sawah, silakan. Tapi jangan nanti minta lagi. Kita utamakan yang benar-benar siap. Ingat, ini dana negara untuk rakyat,” tandasnya.

Di akhir pidatonya, Bupati kembali mengangkat gagasan menjadikan Konawe sebagai destinasi wisata pertanian.

“Seperti Malang dikenal dengan wisata apel, saya ingin Konawe dikenal dengan wisata petik kelengkeng. Pak Budiarto sudah memberi teladan, sekarang giliran kita semua ikut mendorong,” ujarnya.

Ia menegaskan, kekuatan ekonomi Konawe ada di desa. “Kita bangun dari bawah, karena ekonomi rakyat adalah fondasi utama. Jangan biarkan uang BMG keluar daerah. Kita kelola sendiri demi masa depan anak-anak kita.”

Sebelumnya, Camat Amonggedo, Megahwati, menyampaikan laporan kondisi wilayah. Kecamatan dengan luas 12.375 hektare ini dihuni sekitar 11.302 jiwa dari 8 suku berbeda, termasuk Tolaki, Jawa, Bali, Sunda, Bugis, Makassar, Lombok, dan Selayar. Meski beragam budaya dan agama, masyarakat hidup rukun dan berkomitmen membangun daerah.

Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Selain padi dan kelapa sawit, banyak yang memanfaatkan lahan pekarangan untuk buah-buahan seperti durian, rambutan, mangga, langsat, dan terutama kelengkeng yang kini menjadi ikon baru ketahanan pangan.

Desa Lalombonda dikenal sebagai pelopor budidaya kelengkeng di Amonggedo. Berawal dari tiga pohon yang ditanam Budiarto pada 2017, kini berkembang menjadi ribuan pohon. Pada 2021, hasil panen melimpah hingga membuat Budiarto diundang TVRI Kendari sebagai narasumber.

Saat ini, enam desa prioritas—Lalombonda, Wawohine, Mataiwoi, Watulawu, Amendete, dan Puasana—telah menanam sekitar 8.000 pohon berkat dukungan Dana Desa. Kelengkeng varietas New Cristal dipilih karena mampu berbuah hingga tiga kali dalam dua tahun, dengan hasil 70 kg per pohon. Harga di pasaran mencapai Rp30 ribu–Rp75 ribu per kilogram, tergantung kualitas.

Selain dijual langsung, konsep wisata petik kelengkeng juga mulai digagas, meniru keberhasilan wisata apel di Malang.

Camat Megahwati menambahkan, hasil panen kelengkeng akan disinergikan dengan Koperasi Merah Putih untuk mendukung Program Makanan Bergizi, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.

Meski potensinya besar, Amonggedo menghadapi sejumlah kendala: jaringan irigasi yang belum maksimal, keterbatasan alat pertanian, dan peralihan sawah ke perkebunan sawit. Dari total 1.838 hektare lahan irigasi, hanya 1.134 hektare yang berfungsi.

Namun, dengan dukungan pemerintah dan semangat warga, Amonggedo diyakini mampu menjadi kawasan pertanian berkelanjutan sekaligus destinasi agrowisata.

Panen Raya Kelengkeng New Cristal akhirnya ditutup dengan doa, pemotongan buah pertama oleh Bupati, dan gelak tawa para hadirin. Menutup acara, Yusran berpesan singkat namun sarat makna:

“Jangan lupa kirim data ke BPMD, dan jangan lupa undang saya kembali saat panen tahun depan,” ujarnya sambil tersenyum menutup sambutannya.

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *