banner 728x90

Harapan Palsu, Pasien RSUD Konawe Menunggu Berjam-jam : Maaf Obatnya Kosong, Silahkan Beli di Luar!

  • Bagikan
Silakan Bagikan:

Fakta1.com, Konawe — Kritik tajam kembali menghantam Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Konawe. Kali ini datang dari Lukman Pagala, warga Unaaha yang juga merupakan salah satu pasien RSUD Konawe, yang menilai pelayanan rumah sakit milik pemerintah daerah itu semakin jauh dari kata profesional.

Menurut Lukman Pagala, dirinya kecewa berat dengan lambannya pelayanan serta buruknya sistem distribusi obat yang membuat pasien harus menunggu terlalu lama tanpa kepastian.

“Saya disuruh beli di apotek luar karena obatnya tidak ada. Tapi yang bikin jengkel, kami menunggu lama hanya untuk diberi tahu kalau obatnya kosong,” ujar Lukman dengan nada kesal, Rabu (8/10/2025).

Lukman menyebut, seharusnya pihak rumah sakit bisa memberikan kepastian sejak awal agar pasien tidak menunggu berjam-jam dengan harapan palsu.

“Kalau memang obatnya tidak ada, kenapa jawabannya mesti lama? Kami duduk berjam-jam di rumah sakit, padahal ujung-ujungnya cuma disuruh beli di luar,” keluhnya.

Kondisi itu, kata dia, bukan hanya menguras waktu dan tenaga pasien, tapi juga menambah beban biaya, sebab sistem parkir di RSUD Konawe memberlakukan tarif per jam, tanpa mempertimbangkan pasien yang menunggu pelayanan lama.

“Pelayanan lambat, obat tidak ada, parkir malah terus jalan. Kami datang untuk berobat, bukan untuk menambah biaya karena menunggu terlalu lama,” tegasnya.

Lebih jauh, Lukman menilai bahwa masalah seperti ini bukan sekadar persoalan teknis, melainkan cerminan buruknya manajemen pelayanan publik di sektor kesehatan daerah. Ia menilai sudah saatnya direktur baru RSUD Konawe membenahi sistem secara total.

“Dirut baru harus berani turun langsung. Evaluasi semua bagian, dari apotek sampai administrasi. Jangan biarkan pasien terus jadi korban dari sistem yang tidak jelas,” desaknya.

Lukman juga menyoroti sikap sebagian tenaga medis dan staf yang dinilainya kurang empati terhadap pasien, terutama mereka yang datang dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

“Banyak pasien datang dengan harapan sembuh, tapi malah diperlakukan seperti beban. Harusnya rumah sakit daerah itu berpihak pada rakyat kecil, bukan malah mempersulit dengan alasan prosedur,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa rumah sakit daerah adalah simbol pelayanan dasar pemerintah yang seharusnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial, bukan sekadar institusi bisnis dengan orientasi pendapatan.

“Rumah sakit itu tempat orang mencari pertolongan, bukan tempat mencari untung. Kalau orientasinya sudah salah, maka yang dikorbankan adalah rakyat sakit,” ucapnya dengan nada kecewa.

Kritik seperti ini bukan yang pertama kali terdengar. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah warga juga mengeluhkan buruknya manajemen antrean, keterlambatan pelayanan, hingga minimnya ketersediaan obat di RSUD Konawe. namun, sejauh ini belum terlihat langkah konkret dari pihak manajemen untuk memperbaiki keadaan.

Masyarakat berharap, di bawah kepemimpinan direktur yang baru, RSUD Konawe bisa kembali menjadi rumah sakit yang benar-benar melayani masyarakat dengan cepat, tepat, dan manusiawi — bukan sekadar slogan pelayanan publik di atas kertas.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak manajemen RSUD Konawe belum memberikan tanggapan resmi atas keluhan tersebut, sementara keresahan masyarakat terus berkembang, menuntut transparansi dan perbaikan nyata dari institusi kesehatan daerah itu.(*)

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *