banner 728x90

Desa Morosi Tampil Beda di Expo Desa Konawe: Lampion Merah, Biji Nikel, dan Semangat “Konawe Bersahaja”

  • Bagikan
Silakan Bagikan:

KONAWE, FAKTA1.COM — Dari ratusan stan desa yang berjejer di arena Pameran Expo Desa Kabupaten Konawe 2025, satu stan tampak mencuri perhatian. Cahaya merah lembut dari lampion-lampion Tiongkok yang bergantung di langit-langit stan Desa Morosi, Kecamatan Morosi, memberi kesan hangat sekaligus eksotis. Stan ini menjadi magnet bagi pengunjung yang datang silih berganti, penasaran dengan konsep berbeda dari 291 desa peserta.

Kepala Desa Morosi, Budi Santoso, tersenyum ketika ditanya alasan memilih konsep lampion. “Kami ingin tampil beda. Ini simbol semangat terang dan keterbukaan — bahwa Desa Morosi adalah desa industri yang terus tumbuh, tetapi tetap kreatif dan berakar pada nilai-nilai lokal,” ujarnya di sela kunjungan Bupati Konawe, Rabu, 5 November 2025.

Stan Desa Morosi memang menggambarkan wajah baru desa yang sedang bertransformasi. Selain menampilkan produk-produk industri rumahan buatan masyarakat setempat — seperti kerajinan tangan, makanan olahan, dan suvenir — stan ini juga menampilkan contoh biji nikel serta limbah olahan industri nikel yang diambil langsung dari kawasan industri di Morosi.

Menurut Budi Santoso, langkah itu dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang potensi sekaligus tantangan yang dihadapi desa industri. “Kami ingin menunjukkan bahwa sektor industri bisa berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat. Kami punya UMKM, punya kreativitas, dan punya kepedulian terhadap lingkungan. Semua ini bagian dari semangat Konawe Bersahaja,” katanya.

Pameran Expo Desa yang digagas Bupati Konawe H. Yusran Akbar, S.T., bersama Wakil Bupati merupakan bagian dari program kerja besar bertema “Membangun Desa, Menata Kota: Menuju Konawe Bersahaja.” Melalui kegiatan ini, pemerintah daerah mendorong setiap desa untuk menampilkan potensi, kreativitas, dan inovasi sebagai wujud partisipasi nyata dalam pembangunan daerah.

Dalam kunjungannya ke arena expo, Bupati Yusran Akbar menegaskan pentingnya kolaborasi dan daya saing antar desa. “Setiap desa memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Expo ini adalah ruang bagi desa untuk memperlihatkan kreativitasnya — bukan hanya dalam bentuk produk, tetapi juga dalam cara mereka membangun identitas dan semangat masyarakatnya,” ujarnya.

Semangat itu terlihat jelas pada Desa Morosi. Dengan keberadaan kawasan industri nikel, desa ini menjadi salah satu poros ekonomi baru di Konawe. Namun, alih-alih hanya menonjolkan sektor tambang, Pemerintah Desa Morosi justru berupaya menampilkan keseimbangan antara industri besar dan ekonomi masyarakat.

“Pemerintah daerah sangat mengapresiasi desa-desa yang bisa menampilkan inovasi dan konsep yang berbeda. Morosi adalah contoh bahwa kreativitas desa bisa hidup berdampingan dengan modernisasi,” ujar Muh. Akbar, S.P., M., Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Konawe sekaligus Ketua Panitia Expo Desa.

Desa Morosi merupakan salah satu wilayah yang berkembang pesat setelah kehadiran kawasan industri nikel di Konawe. Aktivitas ekonomi meningkat, dan arus penduduk bertambah. Namun, Budi Santoso menegaskan bahwa peningkatan ekonomi harus sejalan dengan pembangunan manusia dan pelestarian lingkungan.

“Kami ingin masyarakat tetap punya ruang berkreasi. Ada pelatihan UMKM, ada upaya daur ulang limbah industri, dan ada peningkatan kapasitas masyarakat agar tidak hanya menjadi penonton di tengah pertumbuhan industri,” jelasnya.

Di stan Morosi, pengunjung bisa melihat miniatur peralatan industri, hasil kerajinan logam ringan, hingga produk makanan ringan khas desa. Semua ditata rapi di bawah cahaya lampion merah yang menjadi simbol harapan dan semangat kerja keras. “Lampion ini kami pasang bukan sekadar hiasan. Ia jadi lambang energi dan penerangan bagi masa depan Desa Morosi,” tambah Budi Santoso.

Keberhasilan Morosi menampilkan konsep yang berbeda menjadikannya salah satu ikon kreativitas desa di Expo Konawe tahun ini. Banyak kepala desa lain datang berkunjung, berdiskusi, dan bertukar ide tentang bagaimana mengelola potensi lokal di tengah perubahan ekonomi yang cepat.

Menurut Ketua Panitia Expo, Muh. Akbar, keikutsertaan Desa Morosi menjadi bukti bahwa setiap desa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. “Inilah wajah baru desa-desa di Konawe. Mereka tidak hanya bergantung pada bantuan, tapi juga berinovasi. Desa seperti Morosi membuktikan bahwa kreativitas bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tengah kawasan industri berat,” katanya.

Pemerintah daerah berharap agar semangat Morosi ini menular ke seluruh desa di Konawe. Expo Desa tidak hanya menjadi ajang pamer, tetapi juga ruang belajar bersama — tempat desa mengenali potensinya, menumbuhkan kolaborasi, dan memperkuat identitas lokal.

Melalui keikutsertaan Desa Morosi, semangat “Membangun Desa, Menata Kota: Menuju Konawe Bersahaja” terasa nyata. Di balik gemerlap lampion merah dan biji nikel yang berkilau di meja pameran, tersimpan pesan tentang keseimbangan — antara kemajuan industri dan kemandirian masyarakat desa.

“Kami ingin Desa Morosi menjadi contoh bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur dan investasi besar, tetapi juga tentang kreativitas, kerja sama, dan kebanggaan masyarakat terhadap desanya sendiri,” ujar Budi Santoso menutup perbincangan.

Stan Morosi pun berdiri sebagai simbol perubahan: bahwa di tengah deru mesin pabrik, kreativitas desa tetap menyala, menjadi bagian penting dari perjalanan Konawe menuju daerah yang bersahaja, berdaya, dan berkarakter.(*)

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *