Politik Adu Pedang Antara Mulyono dan Pratikno

  • Bagikan
Silakan Bagikan:

Politik Adu Pedang Antara Mulyono dan Pratikno
Oleh: Saiful Huda Ems.

FAKTA1.COM– Untuk memperluas pengaruh imperiumnya, pendiri dan pemimpin pertama kekaisaran Mongol, yakni Jenghis Khan, konon ia telah meniduri lebih dari 1000 perempuan yang kemudian melahirkan keturunan-keturunannya.

Example 300x600

Dari keturunannya yang sangat banyak dan tak terhitung itu, Kekaisaran Mogol tumbuh pesat, meluas dan kuat serta sangat berpengaruh di Asia, khususnya ketika Kekaisaran Mogol berada di bawah kekuasaan cucu Jenghis Khan, yakni Khubilai Khan.

Namun dalam sejarah Nusantara kemudian kita pernah mendengar, bahwa utusannya Khubilai Khan yang datang ke Jawa, telinganya dipotong oleh pasukan dari Raja Kertanegara, yang menolak untuk mengakui kekuasaannya, yang berarti pula menolak dominasi asing.

Jadi memang sepertinya ada banyak cara seseorang untuk mendapatkan kesaktian kanuragan, mendapatkan pengaruh dan memperluas kekuasaan atau imperiumnya. Kekaisaran Mongol, Jenghis Khan menempuh cara yang seperti itu, meniduri 1000 perempuan lebih, lalu bagaimana dengan Raja Mulyono?

Sejak hari Jum’at (20/12/2024) kemarin, kita dikejutkan oleh munculnya lukisan sarkastik yang membanjiri media sosial. Hampir setiap saya membuka WA, FB, IG dan Tiktok selalu muncul gambar-gambar sarkastik yang memperlihatkan prilaku buruk Raja Mulyono.

Entah siapa orang yang sangat kreatif membuat lukisan-lukisan itu, namun yang saya dengar konon lukisan itu bocor dari orang dalam istana, yang hendak memberitahukan pada masyarakat luas, bagaimana prilaku Raja Mulyono yang tega menyalah gunakan kekuasaannya dan akhirnya tertimpa karma.

Lukisan-lukisan itu yang saya dengar awalnya mau dipamerkan, namun kemudian dilarang oleh pihak tertentu. Mungkin karena itu pula ada pihak yang kemudian membocorkannya ke publik. Lucunya yang membocorkan lukisan-lukisan itu konon orang dalam istana, hingga Raja Mulyono sangat ketakutan rahasia pribadinya terbongkar.

Ada yang mengatakan bahwa yang membocorkan itu bagian dari Partai Coklat, apakah ini berarti Partai Coklat sudah mengumumkan bahwa ia sekarang telah terbelah dan tak lagi bulat mendukung Raja Mulyono yang sudah tidak tinggal lagi di istana? Entahlah.

Dari berbagai lukisan yang bertebaran itu apabila saya simpulkan akan muncul makna yang seperti ini;

Pertama, Lukisan Mulyono Memberi Makan Anjing, itu seolah menggambarkan bagaimana Mulyono dalam wajahnya yang merakyat, polos, plonga-plongo, penuh belas kasihan itu, hendak mencuri hati rakyat untuk mendukungnya menjadi Raja dengan terlebih dahulu menaklukkan Kuning dan Coklat yang disimbolisasikan dengan anjing berwarna Kuning dan Coklat.

Dari sinilah asal muasal Mulyono menjadi raja dengan menjadikan Kuning (Partai Golkar) dan Coklat (Partai Coklat) sebagai alat kekuasaannya.

Kedua, Lukisan Mulyono
Memberi Makan Pengusaha bermakna, bahwa Mulyono yang semula mencitrakan dirinya sebagai sosok krempeng dan plonga-plongo itu ternyata bisa membantu menyelamatkan para pengusaha besar, yang pada akhirnya para pengusaha besar ini dijadikan Mulyono sebagai salah satu basis kekuatan pendukungnya.

Ah, terlalu banyak lukisan yang tersebar di media sosial itu untuk dijelaskan maknanya, namun yang jelas ada satu lukisan yang nampaknya hendak ingin ditonjolkan maknanya oleh pelukis dan pihak yang membocorkannya, yakni lukisan Raja Mulyono yang tengah “Adu Pedang” dengan orang yang sama-sama memiliki pedang.

Pada satu lukisan ini saya perlu merenung lama, apa dan siapa yang dimaksud? Usut punya usut, ternyata saya mendapatkan satu informasi penting, bahwa sang pemilik pedang yang tengah “Adu Pedang” dengan Mulyono itu ternyata Pratikno.

Siapakah Pratikno dan apa makna dari lukisan itu? Inilah yang perlu dijelaskan.

Pratikno merupakan politisi yang mengawali kariernya sebagai Rektor UGM. Dari rektor ia kemudian mendapatkan kepercayaan untuk menjadi salah satu pemandu acara Debat Presiden pada Tahun 2009. Dari sanalah ia kemudian dipercaya oleh Presiden Jokowi ketika itu, untuk menjadi Mensesneg dari Tahun 2014 hingga Tahun 2019, dan dari Tahun 2019 hingga Tahun 2024.

Lalu apa makna “Adu Pedang” Mulyono dan Pratikno itu? Makna yang tersirat adalah adanya hubungan special antara Mulyono dan Pratikno. Dari hubungan special yang disimbulkan dengan “Adu Pedang” ini maka lahirlah Ijazah Palsu dari UGM yang sangat kontroversial dari tahun ke tahun itu.

Dengan kekuasaan Pratiknolah akademisi kampus dijadikan orkestrasi untuk melegitimasi ijazah palsu Mulyono, sebelum akhirnya akademisi-akademisi atau rektorat dari kampus itu melakukan perlawanan pada Raja Mulyono menjelang Pilpres 2024, yang ditrigger keputusan bejat MK No.90/2023 Paman Usman yang mengetuai MK saat itu.

Simbolisasi Politik Adu Pedang Mulyono dan Pratikno, juga menggambarkan betapa sengsaranya hidup rakyat dan terkurasnya sumber daya alam Indonesia, karena hubungan special keduanya telah mengakibatkan perusakan hutan alam (deforestasi) Indonesia, dan hancurnya demokrasi serta tatanan hukum yang puluhan tahun kami perjuangkan bersama.

Politik Adu Pedang Mulyono dan Pratikno berhasil menyilaukan mata batin aktivis-aktivis oportunis, yang kemudian tunduk dan menjadi babu-babu Oligarki yang menjarah kekayaan alam negeri ini. Karena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Mulyono dalang semua bencana negeri ini harus segera diadili !

Jenghis Khan harus meniduri 1000 perempuan untuk memperluas pengaruh imperiumnya, Mulyono ternyata memilih jalan berbeda, yakni Adu Pedang dengan Pratikno untuk memperkuat Dinasti Pilitiknya. Kedua-duanya tak ada manfaatnya bahkan memperburuk pendidikan politik kita. Adili saja !…(SHE).

21 Desember 2024.

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.

center>banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *