Tirawonua, Routa — Aksi kekerasan brutal kembali mengguncang wilayah Kecamatan Routa pada Jumat, 5 Desember 2025. Seorang pria memarangi istri dan anak kandungnya di Desa Tirawonua, tepatnya di area dekat perbatasan Desa Tirawonua dan Desa Parudongka. Kejadian yang berlangsung menjelang salat Jumat itu memicu kepanikan warga yang berlarian meminta pertolongan.
Dua korban mengalami luka parah pada bagian tubuh vital. Warga melakukan tindakan penyelamatan darurat sebelum keduanya dirujuk ke salah satu rumah sakit rujukan di Sulawesi Selatan. Aparat kepolisian kini menangani kasus tersebut dan mendalami penyebab kejadian yang ditengarai dipicu perselisihan terkait sabung ayam serta pengaruh peredaran narkoba yang semakin marak di Kecamatan Routa.
Insiden itu menjadi gambaran nyata memburuknya kondisi sosial Parudongka. Desa ini telah lebih dari dua bulan tidak memiliki pemerintahan aktif setelah kepala desa tersangkut kasus dugaan ijazah palsu. Pelayanan administrasi terhenti, pembinaan masyarakat tidak berjalan, dan fungsi kontrol sosial lumpuh. Kekosongan itu, menurut warga, membuka ruang bagi meningkatnya kriminalitas, perjudian, dan ketidakteraturan sosial lainnya.
Seorang tokoh agama yang enggan disebutkan namanya mengatakan kondisi desa sudah berada pada titik kritis. “Janji menghadirkan PJ kades sebelum pemilihan antar waktu tidak pernah ditepati. Pelayanan terhenti sejak Oktober,” ujarnya. Ia menilai BPMD terlalu lamban merespons dan seolah meremehkan kondisi warga. “Kami hanya minta satu: terbitkan SK pelaksana desa. Sudah dijanjikan berkali-kali, tetapi tidak ada progres.”
Ia juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap para korban. “Saya sangat prihatin. Mereka bukan hanya korban kekerasan, tetapi juga korban dari kekosongan pemerintahan dan gagalnya tata kelola desa. Situasi yang tidak terkendali membuat masalah rumah tangga kecil bisa berubah menjadi tragedi.”
Sejumlah warga mengakui bahwa selama dua bulan tanpa pemerintahan, berbagai persoalan dibiarkan tanpa penanganan. Aktivitas sabung ayam berlangsung terang-terangan, peredaran narkoba semakin berani, hingga konflik antarkeluarga meningkat. “Tidak ada pemerintah, tidak ada yang mengawasi. Masyarakat seperti hidup tanpa arah,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Plt. Kadis DPMD Konawe, Erdjuna Rasdjan, S.TP., M.Si., saat dikonfirmasi melalui panggilan WhatsApp, menyampaikan belasungkawa dan keprihatinan mendalam. “Saya pribadi sangat prihatin atas kejadian ini. Ini tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sangat menyedihkan dan tidak boleh terulang lagi,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa proses administrasi SK Penjabat Kepala Desa Parudongka telah rampung. “Sudah ditandatangani Bupati Konawe dan penomorannya juga selesai. Mulai hari ini SK sudah bisa diambil. Kalau berhalangan, Senin dapat diambil fisiknya,” jelasnya. Untuk mempercepat pemulihan layanan desa, ia menambahkan, “Hari ini juga file SK akan kami kirim ke Sekdes Parudongka agar pelayanan pemerintahan dapat segera berjalan kembali.”
Kepastian itu disambut harapan oleh warga. Tokoh agama yang enggan disebutkan namanya itu menilai langkah tersebut harus menjadi titik balik stabilisasi Parudongka. “Kami berharap kekosongan ini segera berakhir. Pemerintahan harus berjalan sebelum kondisi sosial makin memburuk. Warga sudah terlalu lama menunggu,” katanya.
Dengan hadirnya PJ Kades yang segera bertugas, masyarakat berharap seluruh fungsi pelayanan publik, pembinaan sosial, dan pengawasan keamanan dapat kembali normal, sehingga insiden serupa tidak terulang.(*)














