banner 728x90

Halaman Laikambuu Bergetar, Ribuan Warga Tumpah Ruah Menyaksikan Puncak Penutupan Pawai Budaya dan Mosehe Wonua

  • Bagikan
Silakan Bagikan:

FAKTA1.COM, KONAWE — Suasana penuh kemeriahan menyelimuti halaman Laikambuu, Kabupaten Konawe, Sabtu (16 Mei 2025) malam. Ribuan warga tumpah ruah menyaksikan puncak penutupan rangkaian Pawai Budaya dan Mosehe Wonua, agenda tahunan yang menjadi etalase kekayaan budaya masyarakat Tolaki.

Acara yang berlangsung sejak Jumat dan Sabtu pagi dilanjutkan sore hingga malam ini menampilkan beragam atraksi seni tradisional dari berbagai kecamatan, mulai dari tarian, musik, hingga arak-arakan simbol adat yang sarat makna filosofis. Lapangan Laikambuu yang ikonik dengan desain menyerupai rumah adat Tolaki pun menjadi saksi kemeriahan yang tak terlupakan.

Hadir dalam momen spesial ini, Bupati Konawe H. Yusran Akbar, ST, didampingi Wakil Bupati H. Syamsul Ibrahim, SE., M.Si, serta Kapolres Konawe AKBP Noer Alam, S.I.K., dan Wakapolres Kompol Jamaluddin Saho, S.H.I., M.H. Turut hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Konawe I Made Asmaya, S.Pd., M.M., Wakil Ketua I DPRD, serta beberapa anggota DPRD Kabupaten Konawe yang menyempatkan diri hadir dan berbaur bersama masyarakat.

Menambah kehormatan acara, turut hadir mantan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara H. Lukman Abunawas, tokoh DPP Lembaga Adat Tolaki (LAT) Sultra, para kepala OPD, para camat se-Kabupaten Konawe, serta tamu kehormatan mantan Wali Kota Kendari, Asmawati Tosepu, yang menyaksikan langsung kemegahan budaya ini.

Kehadiran para tokoh eksekutif, legislatif, hingga tokoh adat tersebut menandakan bahwa pelestarian budaya telah menjadi kepentingan bersama lintas sektor dan wilayah.

Kemeriahan semakin terasa ketika istri Bupati Konawe, Ketua TP PKK Kabupaten Konawe, Hj. Hania, S.Pd., M.Pd., bersama istri Kapolres Konawe, Ny. Devi Noer Alam, dan beberapa ibu-ibu anggota PKK Kabupaten Konawe ikut naik ke panggung dan berjoget bersama para penampil. Momen ini disambut sorak-sorai dan tepuk tangan meriah dari warga.

Wakil Bupati H. Syamsul Ibrahim juga turut memeriahkan suasana dengan turun langsung ke tengah lapangan dan ikut berjoget bersama masyarakat, mencerminkan semangat kebersamaan yang tinggi antara pemerintah dan warga.

“Ini adalah wujud cinta kita terhadap budaya sendiri. Tradisi Mosehe Wonua bukan hanya seremoni, tapi bagian dari identitas kita sebagai masyarakat Konawe,” ujar Bupati Yusran dalam sambutannya.

Mosehe Wonua, yang berarti memutihkan wilayah merupakan tradisi adat penuh makna tentang harmoni, persatuan, dan pembersihan spiritual maupun sosial. Dalam konteks modern, ia menjadi pengingat akan pentingnya merawat kearifan lokal di tengah derasnya arus perubahan.

Semangat masyarakat makin menyala saat tarian Lulo—tarian khas Sulawesi Tenggara—menggema di tengah lapangan, menghadirkan lingkaran besar yang dipenuhi warga dari berbagai usia. Suasana penuh kehangatan dan kegembiraan ini menjadi penutup yang manis bagi rangkaian perayaan.

“Rasanya bahagia sekali bisa ikut Lulo malam ini. Meski capek, tapi semangat tetap tinggi karena ini tentang kebersamaan,” tutur Nurlaela (32), warga Kecamatan Wonggeduku.

“Acara seperti ini harus terus dilestarikan. Kita bisa lihat, anak muda, orang tua, semua menyatu dalam satu tarian. Ini bukti bahwa budaya kita masih hidup,” sambung Haji Rasyid (56), warga Unaaha.

Penutupan ini bukan hanya menjadi akhir dari sebuah perayaan budaya, tetapi juga menandai komitmen bersama untuk terus menjaga dan mewariskan nilai-nilai luhur leluhur. Pemerintah Kabupaten Konawe menyatakan kesiapannya menjadikan Pawai Budaya dan Mosehe Wonua sebagai ikon budaya daerah yang berdaya saing dan bernilai wisata.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah, DPRD, tokoh adat, dan masyarakat luas, Mosehe Wonua 2025 menjadi bukti nyata bahwa semangat menjaga tradisi tetap kuat, hidup, dan membanggakan di bumi Konawe.(ql)

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *