Oleh : M Rifky (Ketua Aliansi Generasi Muda Palasa)
Rencana pembukaan tambang di wilayah kami, khususnya di Kecamatan Palasa, bukanlah bentuk pembangunan berkelanjutan—melainkan ancaman nyata bagi lingkungan, kesehatan masyarakat, dan masa depan generasi mendatang.
Alih-alih membawa kesejahteraan, tambang justru berpotensi menimbulkan kerusakan ekosistem, pencemaran air dan udara, serta konflik sosial yang berkepanjangan.
Pertama, aktivitas pertambangan berskala besar seringkali menyebabkan deforestasi, kerusakan lahan pertanian, dan hilangnya sumber air bersih. Ini jelas bertentangan dengan semangat pelestarian alam yang semestinya menjadi tanggung jawab bersama kita.
Kedua, masyarakat lokal di sekitar wilayah tambang umumnya tidak menjadi penerima manfaat, melainkan justru menjadi korban. Mereka mengalami penurunan kualitas hidup, gangguan kesehatan akibat limbah tambang, dan kehilangan mata pencaharian utama seperti bertani dan berkebun—yang selama ini menjadi dasar kemandirian pangan di wilayah kami.
Ketiga, janji-janji kesejahteraan ekonomi dari proyek pertambangan seringkali tidak sebanding dengan kerugian ekologis dan sosial yang ditimbulkan. Setelah sumber daya alam habis dieksploitasi, yang tertinggal hanyalah lubang-lubang menganga dan kerusakan yang sulit dipulihkan.
Kami menolak rencana pertambangan ini.
Karena pembangunan yang sejati adalah pembangunan yang menjaga kehidupan—bukan menghancurkannya. Sudah saatnya pemerintah dan para pengambil kebijakan memilih jalur pembangunan yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berpihak pada rakyat.
