FAKTA1.COM, KENDARI— Kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Pengkajian dan Pengamalan Al Islam dan Kemuhamamdiyahan (DPP AIK) Universitas Muhammadiyah Kendari adalah kegiatan bulanan dalam rangka memberikan penguatan kapasitas pengetahuan bermuhammadiyah bagi para Dosen dan tenaga pendidikan.
Kegiatan berlangsung di Aula Universitas Muhammadiyah Kendari pada Senin, 21 Oktober 2024. Turut hadir sebagai pemateri bapak Dr. H. Muh. Alifuddin, M.Ag selaku sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sultra, sekaligus Sekretaris Badan Pembina Harian UM Kendari.
Direktur DPP AIK UM Kendari H. Ahmad Abdillah Mattinetta menjelaskan kegiatan ini adalah sebagai penguatan pemahaman keagamaan dalam Muhammadiyah, sehingga dalam melaksanakan tugasnya baik sebagai Dosen maupun tenaga pendidik mampu mempraktikkan dalam kegiatan sehari-harinya.
Muhammadiyah memiliki doktrin agama yang kuat pada warganya. Bentuk doktrin dari Muhammadiyah ialah doktrin sosial. Yaitu mendorong warganya untuk senantiasa beramal dalam kehidupannya.
Muhammadiyah dalam Anggaran Dasarnya memiliki 7 poin penting yang salah satunya ialah setiap manusia hidup harus berdasarkan tauhid, ibadah, dan kehidupan beragama lainnya. Menjadi pondasi dasar gerakan organisasi Muhamamdiyah.
Pemahaman tersebut berdasarkan teologi Al Maun yang menjadi ciri khas dari gerakan sosial dari Muhamamdiyah. Menurut Bapak H. Muh. Alifuddin salaku pemateri mengatakan “jika ada warga Muhammadiyah yang tidak memiliki aktifitas sosial, maka dia bukan orang Muhammadiyah” jelas Sekretaris PWM Sultra.
Muhammadiyah memiliki teologi sosial, bukan teologi politik menjadi ciri pembeda dari gerakan Muhammadiyah. Sebab itu Muhamamdiyah senantiasa berbicara tentang kemanusiaan, bukan lagi berbicara persoalan agamanya. Itulah mengapa teologi yang digunakan oleh Muhamamdiyah sebagai teologi Al Maun. Yang konsep modern saat ini di sebut sebagai filantropi. Yaitu perspektif yang terbangun dari rasa cinta, tanpa melihat permbedaan budaya, agama dan sebagainya.
Olehnya itu dalam konsep Islam manusia itu satu sebagai hamba Allah. Sehingga menganiaya manusia lainnya sama saja kita menganiaya tuhan itu sendiri. H. Muh. Alifuddin mengatakan bahwa dalam setiap kerja dan langkanya ialah mendorong terjadinya kebaikan, menolong anak yatim, memberi makan fakir miskin. Jelasnya.
Olehnya itu menurutnya bahwa orang yang mendustakan agama ialah mereka yang sudah tahu ajaran agama, namun enggan untuk mempraktikkan ajaran tersebut.(*)
Tinggalkan Balasan