FAKTA1.COM,PALU— Universitas Tadulako (Untad) dan Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menggelar Sosialisasi pada Senin (15/07/2024) pagi.
Workshop yang mengangkat tema “Karbonisasi Tandan Kosong Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Kesuburan Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit” bertempat di Ballroom Swissbell Hotel Palu.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Erliza Hambali selaku Ketua Tim Pelaksana Kegiatan menyampaikan bahwa tahun ini pihaknya telah melakukan sosialisasi di 6 Kota seperti Palembang, Jambi, Sumatera Barat, Pontianak, Samarinda dan Palu.
“Workshop sejak tahun lalu saya usulkan agar dapat berkolaborasi dengan kampus setempat guna mengenalkan berbagai manfaat sawit. Hal tersebut dapat melibatkan banyak pihak seperti mahasiswa, dosen bahkan rektor sehingga dapat teredukasi terkait sawit.
Ia turut menekankan pentingnya upaya ini dalam membantu petani sawit. Dirinya menjelaskan hal ini menjadi sangat penting mengingat 80% dari biaya perkebunan kelapa sawit merupakan biaya pemupukan. Dengan pemanfaatan tandan kosong sawit sebagai soil conditioner, hal tersebut dapat menghemat penggunaan pupuk sehingga lebih efisien dalam penurunan cost perkebunan. Erliza juga menyebut efektivitasnya akan turut meningkat.
“Berkisar 60% – 80%, biaya perkebunan lebih banyak ke biaya pupuk. Harga pupuk saat ini mahal dan langka akibat situasi geo politik, perang, ekonomi dll. Ini adalah salah satu cara kita membantu petani sawit dan menurunkan biaya tersebut melalui pemanfaatan tandan kosong yang dilakukan proses karbonisasi,” ujarnya.
Prof. Erliza menambahkan bahwa banyak usaha telah dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah di industri kelapa sawit. Salah satunya adalah penelitian terhadap biochart ini.
Tandan kosong kelapa sawit diketahui sering menjadi masalah di pabrik dan menumpuk cukup banyak, karena tidak boleh dibakar dan ada wacana untuk melarang penggunaannya di perkebunan. Prof. Erliza menjelaskan bahwa solusi harus dicari dan diperebutkan oleh perusahaan yang mengumpulkan tandan kosong ini.
“Kita harus terus berusaha menyelesaikan satu per satu masalah di sawit. Misalnya, jika terjadi perang, nilai mata uang yang turun dan harga pupuk naik, kita harus mencari solusi lain. Dengan sumber daya yang ada di Kalimantan dan Sumatera, kita dapat mensosialisasikan dan mengimplementasikan solusi ini untuk membantu petani sawit,” lanjutnya.
Dikesempatan yang sama, Wakil Rektor bidang Pengembangan dan Kerjasama menuturkan bahwa Untad terus berupaya meningkatkan SDM khususnya dengan tema workshop kali ini sehingga terus bersama-sama berkolaborasi salah satunya dengan IPB.
“Saya sangat berterima kasih kepada seluruh pihak terkait atas terselenggaranya workshop ini. Terkait sawit, harapannya semakin banyak akademisi Untad yang memiliki SDM dibidang ini serta dapat menyimak seluruh materi yang dipaparkan pada kesempatan kali ini. Semoga sosialisasi kali ini memberikan manfaat bagi kita semua dan memajukan produktivitas sawit di Indonesia,” paparnya.
Usai sambutan-sambutan, sosialisasi kemudian di lanjukan dengan pemaparan beberapa materi diantaranya ;
1. Prof. Dr. Erliza Hambali (Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University) terkait Potensi, Karakteristik dan Proses Karbonisasi Tandan Kosong Sawit Menjadi Biochar dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner.
2. Ketua GAPKI Sulawesi Selatan terkait Kebutuhan Pupuk untuk Perkebunan Sawit di 6 Provinsi Penghasil Sawit Indonesia : Tantangan dan Solusinya
3. Tom Zhang Beston – China terkait Mesin Pengelohan Karbonisasi Tandan Kosong Sawit Menjadi Biochar yang Efisien dan Cost Efektif
4. Dr. Yanto Rochmayanto (Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, SDA dan Ketenaganukliran – BRIN) terkait Aplikasi Biochar pada Perkebunan Sawit untuk Mitigasi Perubahan Iklim.