Fakta1.com,Yogyakarta – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan mosi tidak percaya terhadap Rektor UGM, Prof. Ova Emilia. Pernyataan itu disampaikan secara terbuka dalam aksi yang digelar di halaman Balairung UGM sejak pertengahan Mei 2025.
Aksi yang digagas Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM tersebut dilatarbelakangi kekecewaan mahasiswa terhadap sikap rektorat yang dinilai tidak tegas dalam merespons berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.
Sedikitnya sembilan tuntutan disampaikan dalam aksi tersebut. Salah satu poin utama adalah desakan agar Rektor UGM menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga negara seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pada Rabu (21/5/2025), pihak rektorat menemui mahasiswa dalam dialog terbuka. Namun, tuntutan agar kampus menyatakan sikap politik ditolak. Rektor Ova Emilia menegaskan bahwa UGM sebagai institusi akademik memilih untuk bersikap netral dan mengedepankan pendekatan ilmiah dalam menyampaikan kritik.
Penolakan tersebut memicu ketegangan. Beberapa mahasiswa tampak mengejar kendaraan rektor yang meninggalkan lokasi setelah dialog dianggap berakhir tanpa hasil. Tak lama setelah insiden tersebut, BEM KM UGM secara resmi menyatakan mosi tidak percaya kepada Rektor UGM.
“Mosi ini akan terus kami gaungkan hingga pihak rektorat menyatakan sikap politik terhadap rezim Prabowo-Gibran atau menyampaikan posisi yang jelas berpihak pada rakyat,” tegas Presiden BEM KM UGM dalam pernyataannya, Kamis (22/5/2025).
Selain tuntutan politik, mahasiswa juga menyerukan penolakan terhadap militerisme di ruang sipil, evaluasi anggaran pendidikan, penyediaan ruang publik inklusif, dan pembenahan sistem penanganan kekerasan seksual di kampus.
Hingga berita ini diturunkan, mahasiswa masih melanjutkan aksi berkemah di area Balairung dan belum ada pernyataan lanjutan dari pihak rektorat.